MASALAH IMPOR BERAS DI
INDONESIA
Disusun
oleh:
Arfina Samangi
(150610140114)
PROGRAM STUDI
AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
Pokok Permasalahan
v Mengapa
Indonesia masih mengimpor beras?
Data
Tabel 1. Impor,
produksi dan konsumsi beras di Indonesia pada tahun 2013
No.
|
Jenis Kegiatan
|
Jumlah Beras (ton)
|
1.
|
Impor
|
472.664,654
|
2.
|
Produksi
|
39.800.000
|
Tabel 2. Jumlah
ekspor dan impor beras di Indonesia pada tahun 2013
No.
|
Periode
|
Ekspor
|
Impor
|
Berat Bersih (kg)
|
Berat Bersih (kg)
|
||
1.
|
Tahun 2013
|
2.585.718
|
472.664.654
|
2.
|
Triwulan I
|
174.680
|
114.269.033
|
3.
|
Triwulan II
|
561.014
|
129.548.175
|
4.
|
Triwulan III
|
131.620
|
109.668.226
|
5.
|
Triwulan IV
|
1.718.404
|
119.179.220
|
Data
yang disertakan adalah data pada tahun 2013. Hal ini sengaja dilakukan untuk
dapat memberikan pandangan secara menyeluruh tentang banyaknya produksi, ekspor
dan impor beras selama setahun penuh. Karena sebagaimana diketahui, Indonesia
memiliki dua musim yang sangat berpengaruh pada hasil panen disetiap musim.
Pembahasan
Ada
lima negara besar yang menjadi negara importir beras terbesar utuk Indonesia.
Kelima negara tersebut adalah Tailand, India, Pakistan, Vietnam dan Myanmar.
Dari kelima negara tersebut, hanya negara India yang merupakan negara produsen
beras yang hasil produksinya lebih besar dari pada hasil produksi beras di
Indonesia. Sedangkan yang lainnya adalah produsen beras yang hasil produksinya
masih lebih rendah daripada rata-rata produksi Indonesia setiap tahun.
Jika
diperhatikan pada tabel 1., dapat diketahui bahwa total produksi beras di
Indonesia cukup besar sebagai sebuah negara agraris. Bahkan dalam skala besar,
Indonesia adalah produsen beras terbesar ke-3 di dunia setelah China dan India.
Namun Indonesia masih saja bergantung dengan beras impor. Hal ini menunjukkan
bahwa ketahanan pangan Indonesia masih belum mampu untuk menopang kebutuhan
pangan dalam negerinya sendiri, bahkan hanya untuk makan pokoknya saja.
Pada
tabel 2., sangat jelas tergambarkan bahwa Indonesia melakukan impor beras dalam
jumlah yang sangat besar dibandingkan dengan
kegiatan ekspornya sehingga beras impor pun banyak beredar di pasaran.
Dengan demikian, beras lokal harus bersaing dengan beras impor di negeri
sendiri. Bahkan beras impor di pasaran harganya lebih murah dari pada harga
beras lokal. Pada akhirnya imbasnya akan sangat dirasakan oleh para petani yang
masih mengggunakan sistem bertani konvensional. Kasihan nasib para petani yang
telah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia.
Namun,
tidak bisa dihindari bahwa dalam kondisi tertentu Indonesia sangat membutuhkan
beras impor. Hal yang paling mengharuskan Indonesia mengimpor beras adalah ketidaktersedian
beras untuk konsumsi masyarakat Indonesia yang makanan pokoknya adalah nasi.
Masyarakat Indonesia adalah konsumen beras tertinggi di dunia, yaitu 130-140 kg per orang per tahun. Dimana masyarakat
dunia pada umumya mengkonsumsi beras ± 60 kg per orang per tahun. Bahkan
masyarakat Jepang mengkonsumsi beras 30 kg per orang per tahun.
Banyak
faktor yang menyebabkan Indonesia tidak dapat memenuhi kebutuhan beras
nasionalnya. Penggunaan teknologi modern, sumber daya manusia yang berkualitas,
dan penggunaan lahan secara optimal masih menjadi masalah yang belum
terselesaikan. Dengan pertambahan penduduk menurut deret ukur dan pertambahan
pangan menurut deret hitung, masalah-masalah tersebut harus dapat terselesaikan
untuk dapat menyeimbangkan jumlah konsumen dan kebutuhan konsumsinya. Selain
masalah yang telah disebutkan di atas, Indonesia memiliki sebuah masalah serius
yang juga mempengaruhi produktifitas nasional, yaitu semakin berkurangnya lahan
pertanian seiring dengan berkembangnya era globalisasi. Banyak lahan pertanian
yang telah beralih fungsi menjadi perumahan, perkantoran dan industi-industi.
Selain ketidaktersediaan beras yang belum mencukupi,
ada beberapa jenis beras khusus yang belum diproduksi di Indonesia. Beras khusus adalah beras untuk
konsumsi kalangan tertentu dengan peredaran tertutup. Misalnya untuk penderita
diabetes, industri, atau restoran tertentu. Sebagaimana
yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No
51/Permentan/HK.310/4/2014 pasal 14:
(1) Impor Beras untuk kesehatan/dietary
dan konsumsi khusus/segmen tertentu untuk jenis:
a. Beras ketan utuh;
b. Beras Thai Hom Mali dengan tingkat
kepecahan paling tinggi 5% (lima persen);
c. Beras kukus;
d. Beras Japonica dengan tingkat
kepecahan paling tinggi 5% (lima persen); dan
e. Beras Basmati dengan tingkat
kepecahan paling tinggi 5% (lima persen).
Masalah
iklim pun sering menjadi masalah utama dalam bidang pertanian. Pada saat iklim
yang ekstrim, hasil panen bisa saja tidak maksimal atau berkurang. Atau pada
saat terjadi banjir akibat hujan yang berkepanjangan. Frekuensi banjir paling
besar terjadi di pulau Jawa, pusat peghasil beras terbesar di Indonesia. Karena
gagal panen di sejumlah daerah akan sangat berpengaruh pada menurunnya
ketersediaan beras nasional. Solusi tercepat untuk mencegah kurangnya
persediaan beras adalah mengimpornya dari negara lain.
Selain
faktor internal yang telah diuraikan di atas, ada juga faktor eksternal yang
menyababkan tingginya angka impor beras di Indonesia, yaitu masuknya beras
impor ke Indonesia secara ilegal. Seperti yang terlansir pada berita online
tempo.co, beras impor asal Vietnam yang beredar di Pasar Induk Cipinang
dinyatakan ilegal oleh Menteri Pertanian Suswono. Beras jenis umum terebut
diimpor oleh importir swasta. Sedangkan mengimpor beras umum adalah kewenangan
Perum Bulog. Dan sepanjang tahun 2013, Perum Bulog tidak melakukan impor beras
umum. Jadi, banyaknya beras impor di pasaran tidak sepenuhnya karena kebijakan
dari pemerintah. Ada oknum-oknum tertentu yang melakukan perdagangan gelap untuk
kepentingan pribadi dan kelompok.
Sumber
3. http://www.tempo.co/read/news/2014/02/01/090550028/Mentan-Pastikan-Beras-Vietnam-di-Cipinang-Ilegal
4. http://www.tempo.co/read/news/2014/02/02/092550225/Beras-Vietnam-Ilegal-Data-Pemerintah-Diragukan
5. http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2014/09/04/287158/wamentan-orang-indonesia-makan-nasinya-banyak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar